BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan
dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup.
Tujuan pembangunan kesehatan
adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi
tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.
Salah satu usaha pemerintah dalam
menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara
hidup sehat adalah dengan cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya
didapat dibangku sekolah tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh
tim medis. Yang biasa disebut dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan
kesehatan.
Mengingat tugas kita sebgai tim
medis adalah salah satunya memperkanalkan bagaimana cara hidup sehat dengan
masyarakat maka didalam makalah ini kami akan membahas tentang “Promosi
Kesehatan”
Pembangunan
kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi
Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi
setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat
sosial ekonominya. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah
berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna,
walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi
pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi
di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan
antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam
pembangunan kesehatan. Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat
lima fenomena yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. Pertama,
perubahan pada dinamika kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi
kedokteran. Ketiga, Tantangan global sebagai akibat dari kebijakan perdagangan
bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan
lingkungan .Kelima, Demokratisasi. Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta
semakin maju IPTEK dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit telah
menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan
pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma
pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk
lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat
sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu
mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran
yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif
dan preventif.Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari
polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman
yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia
Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat. Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah
proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan
kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to
increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan
akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang
pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan
usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.Untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu
mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan
agar mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya, dan sebagainya). Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang
menitikberatkan sumber daya pada pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya pada
kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan tanggung
jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat
untuk kesejahteraan (WHO,1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan
dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor
kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam
masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu
filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik
merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu promosi
kesehatan?
2. Apa itu etika dalam
promosi kesehatan?
3. Bagaimana hubungan
dengan klien dalam etika promosi kesehatan?
4. Bagaimana kepedulian
dengan determinan sosial dan hubungan terhadap kesehatan dalam etika promosi
kesehatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengatahui
definisi promosi kesehatan.
2. Untuk mengatahui
definisi etika promosi kesehatan.
3. Untuk mengetahui
hubungan dengan klien dalam etika promosi kesehatan.
4. Untuk mengetahui
kepedulian dengan determinan sosial dan hubungan terhadap kesehatan dalam etika
promosi kesehatan.
BAB II
ISI
A. Promosi
Kesehatan
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri
artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah
dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta
mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut
terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Banyak masalah
kesehatan yang ada di negeri kita Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar
Biasa (KLB) yang erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai
contoh KLB Diare dimana penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup
bersih dan sehat seperti kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak
di jamban), cuci tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak
sehat, dan lain-lain. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran
masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan
perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program kesehatan
yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat
sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak
hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan
saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan
non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
B . Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Pola Perilaku
Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah
perilakunya, yaitu
a. Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang
melakukannya menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih
dekat;
b. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat
dalam konteks pengetahuan lokal,
c. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh
agama) setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan
d. Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan
untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai dengan
potensi yang di miliki.
Pendekatan program promosi menekankan aspek ”bersama masyarakat”, dalam
artian:
1) Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting
dalam kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan
dan inginkan,
2) Bersama dengan masyarakat
fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk perilaku yang beresiko
misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di lakukan dengan aman
dan nyaman serta
3) Bersama dengan masyarakat petugas
merencanakan program promosi kesehatan dan memantau dampaknya secara
terus-menerus, berkesinambungan.
C. Strategi Promosi Kesehatan
Pembangunan sarana air bersih, sarana sanitasi dan
program promosi kesehatan dapat dilaksanakan secara terpadu dan
berkesinambungan apabila :
• Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas
identifikasi dan analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat, dilaksanakan,
dikelola dan dimonitor sendiri oleh masyarakat.
• Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim
teknis pada tingkat Kecamatan.
• Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral dan tim
lintas program di tingkat Kabupaten dan Propinsi.
Strategi untuk meningkatkan program promosi kesehatan, perlu dilakukan
dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
1) Advokasi di Tingkat Propinsi dan Kabupaten
Pada tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten dalam pelaksanaan Proyek
PAMSIMAS telah dibentuk Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis Kabupten. Anggota
Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis Kabupaten, adalah para petugas fungsional
atau structural yang menguasai teknis operasional pada bidang tugasnya dan
tidak mempunyai kendala untuk melakukan tugas lapangan. Advokasi dilakukan agar
lintas sektor, lintas program atau LSM mengetahui tentang Proyek PAMSIMAS
termasuk Program
Promosi Kesehatan dengan harapan mereka mau untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut :
a. Mendukung rencana kegiatan promosi kesehatan. Dukungan yang dimaksud
bisa berupa dana,
kebijakan politis, maupun dukungan kemitraan;
b. Sepakat untuk bersama-sama melaksanakan program promosi kesehatan; serta
c. Mengetahui peran dan fungsi masing-masing sektor/unsur terkait.
2)
Menjalin Kemitraan di Tingkat Kecamatan.
Melalui wadah organisasi tersebut Tim Fasilitator harus lebih aktif
menjalin kemitraan dengan TKC untuk :
• mendukung program kesehatan.
• melakukan pembinaan teknis.
• mengintegrasikan program promosi kesehatan dengan program lain yang
dilaksanakan oleh Sektor dan Program lain, terutama program usaha kesehatan
sekolah, dan program lain di PUSKESMAS.
3) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan
Masyarakat
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat mengelola
program promosi kesehatan, mulai dari perencanaan, implementasi kegiatan,
monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan sendiri oleh masyarakat, dengan
menggunakan metoda MPA-PHAST. Untuk meningkatkan keterpaduan dan kesinambungan
program promosi kesehatan dengan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi, di
tingkat desa harus dibentuk lembaga pengelola, dan pembinaan teknis oleh lintas
program dan lintas sector terkait.
Pesan perubahan perilaku yang terlalu banyak sering membuat bingung
masyarakat, oleh karena itu perlu masyarakat memilih dua atau tiga perubahan
perilaku terlebih dahulu. Perubahan perilaku beresiko diprioritaskan dalam
program higiene sanitasi pada Proyek PAMSIMAS di sekolah dan di masyarakat :
• Pembuangan tinja yang aman.
• Cuci tangan pakai sabun
• Pengamanan air minum dan makanan.
• Pengelolaan sampah
• Pengelolaan limbah cair rumah tangga
Setelah masyarakat timbul kesadaran, kemauan / minat untuk merubah perilaku
buang kotoran ditempat terbuka menjadi perilaku buang kotoran di tempat
terpusat (jamban), masyarakat dapat mulaimembangun sarana sanitasi (jamban
keluarga) yang harus dibangun oleh masing-masing anggotarumah tangga dengan
dana swadaya. Masyarakat harus menentukan kapan dapat mencapai agarsemua rumah
tangga mempunyai jamban.Pembangunan sarana jamban sekolah, tempat cuci tangan
dan sarana air bersih di sekolah, menggunakan dana hibah desa atau sumber dana
lain. Fasilitator harus mampu memberikan informasipilihan agar masyarakat dapat
memilih jenis sarana sanitasi sesuai dengan kemampuan dan kondisilingkungannya
(melalui pendekatan partisipatori).
4) Peran
Berbagai Pihak dalam Promosi Kesehatan
Peran Tingkat Pusat
Ada 2 unit utama di tingkat Pusat yang terkait dalam Promosi Kesehatan,
yaitu:
1. Pusat Promosi Kesehatan dan
2. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
Pengelolaan promosi kesehatan khususnya terkait
program Pamsimas di tingkat Pusat perlu mengembangkan tugas dan juga tanggung
jawab antara lain:
a. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber
daya manusia yang terkait dengan kegiatan promosi kesehatan secara nasional
b. Mengkaji metode dan teknik-teknik promosi kesehatan
yang effektif untuk pengembangan model promosi kesehatan di daerah
c. Mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan
pengelolaan promosi kesehatan di tingkat pusat
d. Menggalang kemitraan dengan berbagai pemangku
kepentingan lain yang terkait
e. Melaksanakan kampanye kesehatan terkait Pamsimas
secara nasional
f. Bimbingan teknis, fasilitasi, monitoring dan
evaluasi
Peran Tingkat Propinsi
Sebagai unit yang berada dibawah secara sub-ordinasi Pusat, maka peran
tingkat Provinsi, khususnya kegiatan yang diselenggrakan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi antara lain sebagai berikut:
a. Menjabarkan kebijakan promosi kesehatan nasional menjadi kebijakan
promosi kesehatan local (provinsi) untuk mendukung penyelenggaraan promosi
kesehatan dalam wilayah kerja Pamsimas
b. Meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan promosi
kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan pemberdayaan masyarakat agar mampu
ber-PHBS.
c. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat pada level provinsi
d. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta
mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan
lintas sektor terkait dalam pencapaian PHBS dalam level Provinsi
Peran Tingkat Kabupaten
Promosi Kesehatan yang diselenggarakan di tingkat Kabupaten, khususnya yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a.
Meningkatkan kemampuan Puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya dalam
penyelenggaraan promosi kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat agar mampu ber-PHBS.
b.
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat
c.
Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan masyarakat
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
d.
Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta
mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan
lintas sektor terkait dalam pencapaian PHBS.
D. Definisi Pendidikan Kesehatan
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan
cabang dari ilmu kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi
seni.
Dilihat dari sisi seni, yakni aplikasi pendidikan
kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini
artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan
penyakit menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi
lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain
sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan
Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik
fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Menurut Australian Health Foundansion Promosi
kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam
organisasi dan lingkungannya.
Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan
menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk
perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan
Ottoson,1998).
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu
sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan
berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya
dan orang lain.
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu
masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal
didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual,
dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan
dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam
membuat keputusan yang sehat.
Definisi yang bahkan lebih sederhana
diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan
kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasisukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.
E. Tujuan Pendidikan kesehatan
Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah
mengetahui visi serta misi yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “
merupakan sesuatu atau tujuan apa yang ingin dicapai dalam promosi kesehatan
sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan lainnya.
Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi
kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor 23
tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO(World Health Organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai
berikut : “Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial.”
Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun
program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1.Advokasi(Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
2.Menjembatani(Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan.Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut.Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3.Kemampuan/Keterampilan(Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1.Advokasi(Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
2.Menjembatani(Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan.Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut.Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3.Kemampuan/Keterampilan(Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
F. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan
diantaranya sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr.
Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2
dimensi yaitu:
a).dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan
b).dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
· Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek
Kesehatan.
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni:
· promotif,
· preventif,
· kuratif, dan
· rehabilitatif.
Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :
a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.
a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.
Dengan demikian maka ruang
lingkup promosi kesehatan dikelompok menjadi dua yaitu :
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.
· Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan.
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan
menjadi :
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
b. Pendidikan kesehatan pada
tatanan sekolah.
c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
· Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat
Pelayanan.
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari
Leavel and Clark.
a. Promosi Kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
e. Rehabilitasi (rehabilitation).
G. Komunikasi dalam Pendidikan Kesehatan.
a. Promosi Kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
e. Rehabilitasi (rehabilitation).
G. Komunikasi dalam Pendidikan Kesehatan.
Advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan
dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984
sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan.WHO
merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara
efektif menggunakan 3 strategi pokok,yaitu :
1).Advocacy,
2). Social support,
3). Empowerment.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap
orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu
program atau kegiatan yang dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi
sasaran advokasi adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan( policy makers)
atau pembuat keputusan(decision makers) baik di institusi pemerintah maupun
swasta.
Dalam advokasi peran komunikasi sangat
penting,sehingga komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat
khusus agar komunikasi efektif.Kiat-kiatnya antara lain sebagai berikut :
1. Jelas ( clear )
2. Benar ( correct )
3. Konkret ( concrete )
4. Lengkap ( complete )
5. Ringkas ( concise )
6. Meyakinkan ( Convince )
7. Konstekstual ( contexual )
8. Berani ( courage )
9. Hati –hati ( coutious )
10. Sopan ( courteous )
Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan
lobby politik,tetapi mencakup kegiatan persuasif ,memberikan semangat dan
bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi.
Tujuan advokasi yaitu :
· Komitmen politik ( Political
commitment )
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk
mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat,misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan,contoh konkrit
pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden. Untuk meningkatkan
komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik.
· Dukungan kebijakan ( Policy
support )
Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti
dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung
program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut.
· Penerimaan sosial (Social
acceptance )
Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu
program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan,maka
langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh
dukungan masyarakat.
· Dukungan sistem ( System support
)
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau
prosedur kerja yang jelas mendukung.
Metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai
tujuan ada bermacam-macam, yaitu :
1. Lobi politik ( political lobying
)
2. Seminar/presentasi
3. Media
4. Perkumpulan
· Ada 8 unsur dasar advokasi,yaitu
:
1. Penetepan tujuan advokasi
2. Pemanfaatan data dan riset untuk
advokasi
3. Identifikasi khalayak sasaran
4. Pengembangan dan penyampaian
pesan advokasi
5. Membangun koalisi
6. Membuat presentasi yang persuasif
7. Penggalangan dana untuk advokasi
8. Evaluasi upaya advokasi.
· Ada 5 pendekatan utama
advokasi,yaitu :
1. Melibatkan para pemimpin
2. Bekerja dengan media massa
3. Membangun kemitraan
4. Memobilisasi massa
5. Membangun kapasitas.
LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
1. Tahap Persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan/materi atau
instrumen advokasi.Bahan advokasi adalah: data-à informasi–à bukti yang dikemas
dalam bentuk tabel,grafik atau diagram yang mnjelaskan besarnya masalah
kesehatan,akibat atau dampak masalah, dampak ekonomi, dan program yang
diusulkan/proposal program.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara
advokasi.
3. Tahap Penilaian
H. Sasaran Promosi Kesehatan
Berdasarklan
pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok
sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy)
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy)
I.
ETIKA
Menurut para ahli,
etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan
antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan
etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang
berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah
laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
–
Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
–
Drs. Sidi Gajalba
dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan
manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh
akal.
–
Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam
perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia
orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu
kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala
aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Filsuf Aristoteles,
dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan Etika, sebagai
berikut :
·
Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika
dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau
tindakan manusia.
·
Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan
kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human
nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku
atau perbuatan manusia.
Pengertian dan
definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya;
antara lain:
·
Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu
tentang kebaikan dan sifat dari hak (The principles of morality, including
the science of good and the nature of the right).
·
Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan
memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia (The rules of conduct,
recognize in respect to a particular class of human actions).
·
Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip
moral sebagai individual. (The science of human character in its ideal
state, and moral principles as of an individual).
·
Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The
science of duty).
Macam-macam Etika
Dalam membahas etika
sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu
sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia
secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan
antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan
jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya.
Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan
dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai berikut:
1.
Etika Deskriptif
Etika yang menelaah
secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang
dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya
Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni
mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan
situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan
dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan
dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
2.
Etika Normatif
Etika yang menetapkan
berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia
atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai
dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun
agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai
dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan
manusia, yang biasanya dikelompokkan menjadi :
1.
Etika umum; yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi
manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori
dan prinsip-prinsip moral.
2.
Etika khusus; terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika
Terapan.
·
Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan
hubungan antarsesama manusia dalam aktivitasnya,
·
Etika individu lebih menekankan pada
kewajiban-kewajiban manusia sebagai pribadi,
·
Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada
profesi
Dari berbagai
pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan
menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
1.
Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan
tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
2.
Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik
buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.Definisi tersebut tidak
melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu
dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat
sosiologik.
3.
Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif,
dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia.
Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi,
menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif,
direktif dan reflektif.
Etika dalam promosi
kesehatan
Pada
tahun 2002, American Public Health Association secara resmi mengadopsi dua
belas prinsip praktek kode etik untuk umum. Dua belas prinsip yang diuraikan:
1. Kesehatan masyarakat
terutama harus membahas penyebab dasar penyakit dan persyaratan untuk
kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah hasil kesehatan yang merugikan.
2. Kesehatan masyarakat harus
mencapai kesehatan masyarakat dengan cara yang menghormati hak-hak individu
dalam masyarakat.
3. Kebijakan kesehatan
masyarakat, program, dan prioritas harus dikembangkan dan dievaluasi melalui
proses yang menjamin kesempatan untuk masukan dari anggota masyarakat.
4. Kesehatan masyarakat harus
mengadvokasi dan bekerja untuk pemberdayaan dari pemuda anggota masyarakat,
yang bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya dasar dan kondisi diperlukan
untuk kesehatan dapat diakses oleh semua.
5. Kesehatan masyarakat harus
mencari informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan kebijakan yang efektif dan
program yang melindungi dan mempromosikan kesehatan.
6. Institusi kesehatan umum
harus menyediakan masyarakat dengan informasi yang mereka miliki yang
diperlukan untuk keputusan tentang kebijakan atau program-program dan harus
mendapatkan persetujuan masyarakat untuk pelaksanaannya.
7. Lembaga kesehatan publik
harus bertindak secara tepat waktu pada informasi yang mereka miliki dalam
sumber daya dan mandat yang diberikan kepada mereka oleh masyarakat.
8. Program kesehatan umum dan
kebijakan harus menggabungkan berbagai pendekatan yang mengantisipasi dan
menghormati nilai-nilai yang beragam, keyakinan, dan budaya dalam masyarakat.
9. Program kesehatan umum dan
kebijakan harus dilaksanakan dengan cara yang paling meningkatkan lingkungan
fisik dan sosial.
10. Lembaga kesehatan publik harus melindungi
kerahasiaan informasi yang dapat membawa kerugian bagi individu atau komunitas
jika dibuat publik. Pengecualian harus dibenarkan
11. Atas dasar kemungkinan tinggi membahayakan
signifikan terhadap individu atau orang lain.
12. Lembaga kesehatan publik harus memastikan
kompetensi profesional karyawan mereka. Institusi kesehatan umum dan karyawan
mereka harus terlibat dalam kolaborasi dan afiliasi dengan cara yang membangun
kepercayaan publik dan efektivitas lembaga.
Kerangka kerja ini
menekankan pentingnya hubungan yang kompleks antara orang-orang. Hubungan
tersebut adalah inti dari masyarakat, dan mendukung sejumlah prinsip etika.
Kass mengusulkan enam-bagian
kerangka kerja etika :
· Apa tujuan kesehatan masyarakat dari program yang diusulkan, yaitu,
dibingkai dalam bentuk tujuan akhir dari mengurangi morbiditas dan kematian,
bukan tujuan terdekat, misalnya, mengubah perilaku
· Seberapa efektif program dalam mencapai tujuannya dinyatakan, yaitu, apakah
Program akhirnya menurunkan morbiditas dan mortalitas;
· Apa yang diketahui atau beban potensial program ini, termasuk risiko privasi dan kerahasiaan, risiko atas
kebebasan dan otonomi dan risiko ke pengadilan.
· Dapatkah beban diminimalkan? Apakah ada pendekatan alternatif?
· Apakah program tersebut dilaksanakan secara adil?
Contoh
dari Pedoman
Perilaku Etis dalam Penelitian Kesehatan Aborigin dan Penduduk Pribumi
Selat Torres. Dokumen ini menggaris bawahi enam
nilai pusat:
· Timbal balik: harus ada keuntungan yang
dihargai oleh masyarakat, memberikan kontribusi untuk masyarakat persatuan dan
kemajuan kepentingan mereka;
· Respect: harus ada rasa hormat terhadap,
dan penerimaan dari, nilai-nilai yang beragam;
· Kesetaraan: semua orang harus diperlakukan
sama, dan harus ada pemerataan manfaat;
· Kelangsungan Hidup dan
Perlindungan: menghindari merugikan Aborigin dan Torres Strait Islander (ATSI) keunikan
budaya dan pengakuan dari sejarah dan pengalaman masyarakat ATSI;
· Tanggung jawab: menjamin bahwa mereka tidak
melakukan kerusakan kepada individu atau komunitas ATSI, atau untuk hal-hal
yang mereka hargai dan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
· Semangat
dan Integritas: menghargai kedalaman dan kesatuan warisan budaya masa lalu, kontemporer
dan generasi masa depan; dan menunjukkan integritas dalam semua tindakan.
Meskipun ditulis bagi para peneliti, pedoman ini juga
memberikan panduan yang berharga untuk praktisi promosi kesehatan melaksanakan
program-program di dalam masyarakat ATSI.
J. MENETAPKAN SASARAN
1.
Sasaran primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung
segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan
kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu
dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi
yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empow-erment).
2.
Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan
sebagainya. Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan
kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan
memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu
dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan
yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan
perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang
ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan
sosial (social support).
3.
Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat
pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan
kebijakan – kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan
mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder),
dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang
ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.
K.
MENETAPKAN TUJUAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya
derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,
bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan
perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Indonesia.
L. MENETAPKAN PESAN POKOK
Program-program
pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok program yang
pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sektor lain yang
memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Disusun 7 Program pembangunan
kesehatan yaitu (DepKes RI, 1999) :
1.
Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat
2.
Program lingkungan sehat
3.
Program upaya kesehatan
4.
Program pengembangan sumber daya kesehatan
5.
Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya
6.
Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
7.
Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
Untuk
meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai
penting untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional ditetapkan 10
pogram unggulan kesehatan(DepKes RI, 1999) :
1. Program kebijakan kesehatan,
pembiayaan kesehatan dan hukum kesehatan
2. Program perbaikan gizi
3. Program pencegahan penyakit
menular termasuk imunisasi
4. Program peningkatan perilaku
hidup sehat dan kesehatan mental
5. Program lingkungan pemukiman, air
dan sehat
6. Program kesehatan keluarga,
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
7. Program keselamatan dan
kesehatan kerja
8. Program anti tembakau,
alkohol dan madat
9. Program pengawasan obat,
bahan berbahaya, makanan dan minuman
10. Program pencegahan kecelakaan, rudapaksa dan
keselamatan lalu lintas
M. MENETAPKAN METODE DAN
SALURAN KOMUNIKASI
Merancang
program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan perubahan perilaku
dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan semua informasi yang telah
dikumpulkan, selanjutnya dikomunikasikan dengan dukungan seperti audio visual
(video, film), oral (radio), cetak (poster, leaflet), visual (flip charts).
N. MENETAPKAN KEGIATAN OPERASIONAL
Untuk
mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka yang terpenting adalah menetapkan
kegiatan operasional yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar:
1. Pendidikan tentang masalah
kesehatan umum, cara pencegahan dan pemberantasannya
2. Peningkatan persediaan
pangan dan kecukupan gizi
3. Penyediaan air minum dan
sanitasi dasar
4. Pelayanan kesehatan ibu dan
anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi
6. Pengobatan dan pengadaan
obat
7. Oleh karena pelayanan
kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai derajat kesehatan yang layak
bagi semua, maka perencanaan, pengorganisasian dan penyelenggaraan yang efisien
mutlak diperlukan disamping harus berdasarkan : Perikemanusiaan, Kesehatan
sebagai hak asasi, Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat
8. Pengutamaan upaya kesehatan
promotif dan upaya kesehatan preventif
9. Pelayanan kesehatan
perorangan yang sesuai kebutuhan
10. Dukungan sumber daya kesehatan
11. Misi Pembangunan Kesehatan
12. Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010,
telah ditetapkan misi pembangunan kesehatan (DepKes RI, 1999)
13. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan
kesehatan
14. Untuk dapat terwujudnya Indonesia Sehat
2010, para penanggung jawab program pembangunan harus memasukkan
pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Oleh
karena itu seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai
penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
15. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat
16. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat
untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat
menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
17. Memelihara dan meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
18. Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan
adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak hanya
berada ditangan pemerintah, melainkan mengikutsertakan masyarakat dan potensi
swasta.
19. Memelihara dan meningkatkan kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya
20. Untuk terselenggaranya tugas penyelenggaraan
upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah bersifat promotif dan preventif
yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif.
21. Strategi Pembangunan Kesehatan
22. Strategi pembangunan nasional harus
berdasarkan pada kebijakan nasional, mencakup garis besar kegiatan dimana semua
sektor yang terlibat untuk mewujudkan kebijaksanaan tersebut. Beberapa hal
penting yang harus diterapkan adalah (DepKes RS, 1999): pembangunan berwawasan
kesehatan
23. Setiap program pembangunan nasional yang
diselenggarakan di Indonesia harus memberikan konstribusi positif terhadap
kesehatan, yaitu terbentuknya lingkungan sehat dan pembentukan perilaku sehat.
O. MENETAPKAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
1. Memperkenalkan kepada masyarakat
gagasan dan teknik perilaku Program promosi Hygiene Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS), yang merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit diare
melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara meluas. Program
ini dimulai dari apa yang diketahui, diinginkan, dan dilakukan masyarakat.
Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk masyarakat dilakukan
berdasarkan jawaban atau pertanyaan diatas atau bekerjasama dengan pihak yang
terlibat, untuk itu diperlukan pesan-pesan sederhana, positif, menarik yang
dirancang untuk dikomunikasikan lewat sarana lokal seperti poster, leaflet.
2. Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat,
dalam tahap ini akan dilakukan identifikasi perilaku beresiko melalui
pengamatan terstruktur. Sehingga dapat ditentukan cara pendekatan baru terhadap
perbaikan hygiene sehingga diharapkan anak-anak terhindar dari lingkungan yang
terkontaminasi.
3. Memotivasi perubahan
perilaku masyarakat, langkah-langkah untuk memotivikasi orang untuk mengadopsi
perilaku hygiene termasuk memilih beberapa perubaha perilaku yang diharapkan
dapat diterapkan.
4. Mencari tahu apa yang
dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut melalui diskusi
terfokus, wawancara dan melalui uji coba perilaku
5. Membuat pesan yang tepat
sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku.
6. Menciptakan sebuah pesan
sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok sasaran.
P. HUBUNGAN DENGAN KLIEN
Tenaga
kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan klien/masyarakat. Hal ini
ditunjukkan dengan pentingnya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam merubah
perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat.
Program
promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene
merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melaui
pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai
dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat setempat dan
mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk, 1997;
UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Program
promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan kelompok yang
mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat serta memahami
tentang lingkungan dan mampu melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan
informasi secara tepat dan benar yang sekarang disebut dengan promosi
kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam
promosi PHBS sehingga dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup
berdasarkan PHBS. Tenaga kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup
untuk dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana
mereka bekerja.
Q. KEPEDULIAN DENGAN DETERMINAN
SOSIAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN
Perilaku
adalah resultan antar stimulus (faktor eksternal) dengan respons (faktor
internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Perilaku seseorang
atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor – faktor baik dari dalam
maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini
disebut determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan ada 3 teori yang sering
menjadi acuan dalam penelitian – penelitian kesehatan yaitu :
1. Teori Lawrence Green
Ada 2 determinan masalah kesehatan tersebut yaitu
Behavioral factor (faktor perilaku) dan Non Behavioral factor (faktor non
perilaku). Dan faktor tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu :
a. Faktor – faktor predisposisi, yaitu faktor – faktor
yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara
lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai – nilai, tradisi dan
sebagainya.
b. Faktor – faktor pemungkin, yaitu faktor – faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.
c. Faktor – faktor penguat, yaitu faktor- faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
2. Teori Snehandu B.Karr
Mengidentifikasi
adanya 5 determinan perilaku, yaitu :
a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak
sehubungan dengan objek atau stimulus diluar dirinya.
b. Adany dukungan dari masyarakat sekitar (social
support)
c. Terjangkaunya informasi, yaitu tersedianya informasi –
informasi terkait dengan tindakan yang akan di ambil oleh seseorang
d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil
keputusan
e. Adanya kondisi dan situasi yang memuingkinkan
3. Teori
WHO
Ada 4 determinan yaitu :
a.Pemikiran dan
perasaan yaitu merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang
atau pribadi yang dipercayai
c.Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk
terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat
d.Sosio budaya merupakan faktor eksternal untuk
terbentuknya perilaku seseorang.
R. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN ETIS
Pertimbangan-pertimbangan
etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yakni :
1. Promotor kesehatan tidak
akan secara sengaja menunda pelayanan atau informasi, dilihat dari status
pengetahuan sekarang yang dapat memberikan manfaat kepada klien, mereka
berusaha mengikuti perkembangan promosi kesehatan
2. Promotor kesehatan akan
menghargai kerahasiaan informasi yang dapat mereka akses kecuali atas
permintaan hokum dan demi kepentingan klien
3. Promotor kesehatan harus
tidak melakukan kegiatan promosi kesehatan yang tidak kompoten bisa kerjakan.
S. PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN
1. Pendekatan Medik
Tujuan
dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang
didefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit
jantung. Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan
kesakitan, mungkin dengan metode persuasive maupun paternalistic. Sebagai
contoh, memberitahu orang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita
untuk memanfaatkan klinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk
dilakukan screening takanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari
tindakan pencegahan medic dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat
kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.
2. Pendekatan Perubahan
Perilaku
Tujuan
dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat,
sehingga mereka mengambil gaya hidup “ sehat “. Contohnya antara lain
mengajarkan orang bagaimana menghentikan merokok, pendidikan tentang minum
alcohol “ wajar “, mendorong orang untuk melakukan latihan olahraga, memelihara
gigi, makan makanan yang baik dan seterusnya. Orang-orang yang menerapkan
pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup “sehat “merupakan hal paling
baik bagi kliennya dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk
mendorong sebanyak mungkin orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang
menguntungkan.
3. Pendekatan Edukasional
Tujuan
dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan pengetahuan dan
pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang ditetapkan atas
dasar informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang
dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri.
Bantuan dalam melaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi praktek
kesehatan baru dapat pula ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah,
misalnya menekankan membantu murid mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak
hanya memperoleh pengetahuannya. orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan
memberi arti tinggi bagi proses pendidikan, akan menghargai hal individu untuk
memilih perilaku mereka sendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab
mereka mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap
menjadi hal yang paling baik bagi klien mereka.
4. Pendekatan Berpusat Pada
Klien
Tujuan
dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka
mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat
keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai
mereka. Peran promotor kesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu
orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan
serta ketrampilan yang mereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan.
Pemberdayaan diri sendiri klien dilihat sebagai central dari tujuan ini. Klien
dihargai sama yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan
kesehatan mereka sendiri.
5. Pendekatan Perubahan Sosial
Tujuan
dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada lingkungan fisik,
social dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk keadaan yang
sehat. Contohnya adalah mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan perilaku
individu-individunya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan
nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat, mempunyai komitmen
pada penempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai tingkat dan pada
pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat daripada pembentukan kehidupan
individu-individu orang yang tinggal di tempat itu.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
· Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka
dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
· Menurut para ahli, etika tidak lain
adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya
dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim
juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik.
·
HUBUNGAN
DENGAN KLIEN
Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan
klien/masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan pentingnya peran tenaga kesehatan
masyarakat dalam merubah perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat.
Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang
biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk
mencegah penyakit menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku oleh
masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan
dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi
tersebut (Curtis V dkk, 1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara
profesional oleh individu dan kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen
terhadap kesehatan masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan mampu
melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan
benar yang sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan
masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat
melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga
kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan
pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja.
·
KEPEDULIAN
DENGAN DETERMINAN SOSIAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN
Perilaku adalah resultan antar stimulus (faktor
eksternal) dengan respons (faktor internal) dalam subjek atau orang yang
berperilaku tersebut. Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau
ditentukan oleh faktor – faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor
yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Dalam bidang
perilaku kesehatan ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian –
penelitian kesehatan yaitu :
Teori Lawrence Green
Ada 2 determinan masalah kesehatan tersebut yaitu
Behavioral factor (faktor perilaku) dan Non Behavioral factor (faktor non
perilaku). Dan faktor tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu :
Faktor – faktor predisposisi, yaitu faktor – faktor
yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara
lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai – nilai, tradisi dan
sebagainya.
Faktor – faktor pemungkin, yaitu faktor – faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.
Faktor – faktor penguat, yaitu faktor- faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
2. Teori Snehandu B.Karr
Mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu :
a. Adanya niat
(intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus
diluar dirinya.
b. Adany dukungan dari masyarakat
sekitar (social support)
c. Terjangkaunya
informasi, yaitu tersedianya informasi – informasi terkait dengan tindakan yang
akan di ambil oleh seseorang
d. Adanya otonomi atau
kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan
e. Adanya kondisi dan
situasi yang memuingkinkan
Teori WHO
Ada 4 determinan yaitu :
a. Pemikiran dan
perasaan yaitu merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku
b. Adanya acuan atau referensi
dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
c. Sumber daya yang
tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat
d. Sosio budaya merupakan
faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang.
B.
SARAN
1.
Bidan
Dalam melakukan promosi kesehatan bidan
harus menjaga hubungan dengan klien, agar isi dari promosi kesehatan yang
disampaikan dapat diterima dan diterapkan oleh klien.
2.
Klien
Dalam menerima promosi kesehatan klien
harus berperan dalam menentukan keputusan untuk dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo,
Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Novita, Nesi.
2011. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Mubarak, Wahit
Iqbal. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
http://penerbitsalemba.com/v2/product/view/731
Tidak ada komentar:
Posting Komentar