Senin, 23 Januari 2017

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (KDM)

BAB I
 PENDAHULUAN

 I.1 Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki. Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997). Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia (KDM) yang dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih mendasar daripada kebutuhan lainnya. Oleh karana itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya. Kebutuhan dasar manusia seperti makan ,air, keamanan dan cinta merupakan hal yang penting bagi manusia. Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia tersebut dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan di dunia kesehatan. walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan  perawat untuk memahami hunbungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori ini,  beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih dari pada kebutuhan lainnya; oleh karena itu, beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lain. Misalnya, orang yang lapar akan lebih mencari makanan daripada melakukan aktivitas untuk meningkatkan harga diri.
  
1.2. Rumusan Masalah
1        Apakah pengertian KDM ?
2        Apakah faktor yang mempengaruhi KDM ?
3        Apa saja konsep-konsep dalam KDM

I.3 Tujuan
1        Mengetahui pengertian KDM.
2        Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi KDM.
3         Mengetahui konsep-konsep dalam KDM.
  
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian KDM

Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan.
Menurut teori Maslow seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan orang  yang sehat, dan sesorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia.
2.2 Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
2.2.1. Penyakit.
 Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya.
2.2.2 Hubungan Keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak adarasa curiga, dan lain-lain.
2.2.3. Konsep Diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif tentang diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat., sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.
2.2.4.Tahap Perkembangan. Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki kebutuhan dasar yang berbeda, baik kebutuhan psikologis, biologis, sosial, maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi organ tubuh juga mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda.

2.3 konsep-konsep Kebutuhan Dasar Manusia
2.3.1 konsep kebutuhan seksualitas

     Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan (Murray dalam Bherm, 1996)
           Kebutuhan Seks (Sex Needs), yaitu kebutuhan pelampiasan dorongan    seksual, bagi mereka yang sudah matang fungsi biologisnya. Kebutuhan akan seks bagi manusia sudah ada sejak lahir. Seks tergolong dalam kebutuhan primer – yang sama dengan kebutuhan: makan, minum, mandi, berpakaian, tidur, bangun, bekerja, buang air besar, atau buang air kecil. Aktiviats-aktivitas rutin ini dilakukan setiap manusia sepanjang hidup. Orang bisa berpuasa tetapi dalam batas waktu tertentu. Dan itulah yang disebut dengan kebutuhan seks.
            Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi hubungan timbal balik antara kedua individu tersebut ( Alimut , 2006)
           

                   Tinjauan Seksual pada beberapa aspek
 a.Aspek biologis
Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomi dan fisiologi dari sitem reproduksi (seksual), kemampuan organ seks dan adanya hormonal dari sistem syaraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan seksual.
 b.Aspek Psikologis
Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
 c.Aspek Sosial Budaya
Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta perlakuanya di masyarakat.

Factor – factor yang mempengaruhi kebutuhan seksualitas

1. Pertimbangan Perkembangan
  • Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosional dan biologik kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu
  • Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi
2. Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan
  • Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat mencapai kepuasan seksual
  • Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk penyakit
  • Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif mengkontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan
3. Peran dan Hubungan
  • Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat mempengaruhi kualitas hubungan seksualnya
  • Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang memfasilitasi rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan hubungan seksualnya dengan seseorang yang dicintai dan dipercayainya
  • Pengalaman dalam berhubungan seksual seringkali ditentukan oleg dengan siapa individu tersebut berhubungan seksual
4. Konsep Diri
  • Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung terhadap seksualitas
5. Budaya, Nilai dan Keyakinan
  • Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas dapat mempengaruhi individu
  • Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang identitas dan perilaku seksual
  • Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi seksual dan hal lain terkait dengan kegiatan seksual
6. Agama
  • Pandangan agama tertenmtu yang diajarkan, ternyata berpengaruh terhadap ekspresi seksualitas seseorang
  • Berbagai bentuk ekspresi seksual yang diluar kebiasaan, dianggap tidak wajar
  • Konsep tentang keperawanan dapat diartikan sebagai kesucian dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu
 7. Etik
  • Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) tergantung pada terbebasnya individu dari rasa berssalah dan ansietas
  • Apa yang diyakini salah oleh seseorang, bisa saja wajar bagi orang lain

D. Perkembangan seksualitas
 Tahapan perkembangan ini disebut tahapan psikoseksual karena memperesentasikan suatu kebutuhan(dan pemuasan) seksual yang menonjol pada stiap tahapan perkembangan. Hambatan yang terjadi pada proses pemenuhan kebutuhan seksual pada setiap tahapan - disebut fiksasi berpotensi menyebabkan  gangguan perilaku pada waktu dewasa.
                  Tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual:
1)    Tahap oral(0-1 tahun)
                                    Kontak pertama yag dilakuka oleh bayi setelah kelahirannya adalah melalui mulut(oral). Kepuasan seksual(kesenangan) pada saat ini diperoleh melalui mulut, yakni melalui berbagai aktivitas mulut seperti makan, minum, dan menghisap atau menggigit. Fiksasi pada tahap ini menyebabkan orang mengembangkan kepribadian oral, yakni menjadi orang yang tergantung dan lebih senang untuk bertindak pasif dan menerima bantuan dari orang lain.
                                    Tugas perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, baik kepada diri sendiri, dan orang lain. Cinta adalah perlindungan terbaik terhadap ketakutan dan ketidakamanan. Anak-anak yang dicintai tidak akan banyak menemui kesulitan dalam menerima dirinya, sebaliknya anak-anak yang merasa tidak diinginkan, tidak diterima, dan tidak dicintai cenderung mengalami kesulitan dalam menerima dirinya sendiri, dan belajar untuk tidak mempercayai orang lain, serta memandang dunia sebagai tempat yang mengancam. Efek penolakan pada fase oral akan membentuk anak menjadi pribadi yang penakut, tidak aman, haus akan perhatian, iri, agresif, benci, dan kesepian.
2)    Tahap anal(1-3 tahun)
                                       Interaksi melalui fungsi pembuangan isi perut(anal) dan memperoleh kesenangan melalui aktivitas-aktivitas pembuangan. Pada fase anal anak banyak berhadapan dengan tuntutan-tuntutan orangtua, terutama yang berhubungan dengan toilet training, dimana anak memperoleh pengalaman pertama dalam hal kedisiplinan. Fiksasi pada tahapan ini menyebabkan anak mengembangkan kepribadian anal, yakni menjadi orang yang sangat menekankan kepatuhan, konformitas, keteraturan, menjadi kikir, dan suka melawan atau memberontak. Tugas perkembangan pada fase ini adalah anak harus belajar mandiri, dan belajar mengakui dan menangani perasaan-perasaan negatif. Banyak sikap terhadap fungsi tubuh sendiri yang dipelajari anak dari orangtuanya. Selama fase anal anak akan mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasrat merusak, marah, dan sebagainya, namun mereka harus belajar bahwa perasaan-perasaan tersebut bisa diterima. Hal penting lain yang harus dipelajari  anak adalah bahwa mereka memiliki kekuatan, kemandirian, dan otonomi.

3)    Tahap palis(3-5 tahun)
                                       Pada fase ini anak laki-laki dan perempuan senang menyentuh (mengeksploitasi) organ kelaminnya untuk memperoleh kesenangan sambil melakukan fantasi-fantasi seksual. Anak laki-laki mengembangkan fantasi seksual dengan ibunya disebut oedipus complex dan anak perempuan mengembangkan fantasi seksual dengan ayahnya disebut electra complex. Jika konflik oedipal ini tak terpecahkan, anak laki-laki aka berkembang menjadi homoseksual atau heteroseksual sedangka anak perempuan akan menjadi wanita genit penggoda pria atau lesbian.. Fase Phalic juga merupakan periode perkembangan hati nurani, dimana anak belajar mengenai standar-standar moral. Selama fase ini anak perlu belajar menerima perasaan seksualnya sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat. Mereka membutuhkan contoh yang memadai bagi identifikasi peran seksual, untuk mengetahui apa yang benar dan salah, serta apa yang maskulin dan feminin, sehingga mereka memperoleh perspektif yang benar tentang peran mereka sebagai anak laki-laki atau anak perempuan.
4)    Tahap laten(6-12 tahun)
                                       Pada tahap ini anak laki-laki dan anak perempuan menekankan semua isu-isu oedipal dan kehilangan minat seksualnya. Sebaliknya, mereka mulai melibatkan dirinya ke dalam kelompok bermain yang terdiri atas anak-anak lain dari jenis kelamin yang sama, baik kelompok yang kelompok yang bersifat full male atau full female. Namun berkurangnya perhatian pada masalah seksual itu bersifat laten dan masih akan terus memberikan pengaruh pada tahap perkembangan kepribadian berikutnya.
5)    Tahap genital(12 tahun keatas)
                                       Fase genital dimulai pada usia 12 tahun, yaitu pada masa remaja awal dan berlanjut terus sepanjang hidup. Pada fase ini energi seksual anak mulai terarah kepada lawan jenis bukan lagi pada kepuasan diri melalui masturbasi, dan anak mulai mengenal cinta kepada lawan jenis.                  
   Ketika memasuki masa pubertas anak-anak mulai tertarik satu sama lain dengan lawan jenisnya dan menjadi manusia yang lebih matang. Mereka saling mengembangkan afeksi (hubungan) dan minat-minat seksual, cinta, dan bentuk-bentuk keterikatan yang lain.
D.   Perilaku seksual

Seks merupakan suatu kebutuhan yang juga menuntut adanya pemenuhan yang dalam hal penyalurannya manusia mengekspresikan dorongan seksual ke dalam bentuk perilaku seksual yang sangat bervariasi.
Perilaku seksual menurut Sarwono (2010:174) adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Nevid, dkk., 1995 (dalam Amalia, 2007:28) mendefinisikan perilaku seks sebagai semua jenis aktifitas fisik yang menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis atau perasaan afeksi. Sedangkan perilaku seks pra nikah sendiri adalah aktifitas seksual dengan pasangan sebelum menikah pada usia remaja (Cavendish, 2009:663) Beberapa tahapan-tahapan dari perilaku seksual yang biasanya dilakukan, dimana tahapan selanjutnya adalah lebih berat sifatnya dan semakin mengarah pada perilaku seksual. Tahapan-tahapan tersebut adalah (London; 1978 dalam Amalia,2007:29):

1.     Awakening and eksploration
   Rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara berfantasi, menonton film, dan membaca buku-buku porno.
2.     Autosexuality:Masturbation
    Perilaku merangsang diri sendiri dengan melakukan masturbasi untuk mendapatkan kepuasan seksual.
3.     Heterosexuality:kissing and necking
Saling merangsang dengan pasangannya, tetapi tidak mengarah ke daerah sensitif pasangannya, hanya sebatas cium bibir dan leher pasangannya.
      4.     Heterosexuality
a.     Light petting : perilaku saling menempelkan anggota tubuh dan masih dalam keadaan memakai pakaian.
b.     Heavy petting : perilaku saling menggesek-gesekkan alat kelamin dan dalam keadaan tidak memakai pakaian untuk mencapai kepuasan. Tahap ini adalah awal terjadinya hubungan seks.
     5.     Heterosexuality : Copulaation
Perilaku melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual masing-masing.

         Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual, menurut Purnawan (2004) yang dikutip dari berbagai sumber antara lain:
a.Faktor Internal
1.Tingkat perkembangan seksual (fisik/psikologis)
Perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun.

2. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi
Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya
3.Motivasi
Perilaku manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk memperoleh tujuan tertentu. Hersey & Blanchard cit Rusmiati (2001) perilaku seksual seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau untuk memperoleh uang(padagigolo/WTS)

b.FaktorEksternal
1.Keluarga
Menurut Wahyudi (2000) kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dapat memperkuat munculnya perilaku yang menyimpang
2.Pergaulan
Menurut Hurlock perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya, terutama pada masa pubertas/remaja dimana pengaruh teman sebaya lebih besar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lain.

3.Media massa

Penelitian yang dilakukan Mc Carthi et al (1975), menunjukan bahwa frekuensi menonton film kekerasan yang disertai adegan-adegan merangsang berkolerasi positif dengan indikator agresi seperti konflik dengan orang tua, berkelahi , dan perilaku lain sebagi manifestasi dari dorongan seksual yang dirasakannya.
Menurut Wahyudi (2000) perilaku seksual merupakan perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Perilaku seksual yang sehat dan dianggap normal adalah cara heteroseksual, vaginal, dan dilakukan suka sama suka. Sedangkan yang tidak normal (menyimpang) antara lain Sodomi, homoseksual. Selama ini perilaku seksual sering disederhanakan sebagai hubungan seksual berupa penetrasi dan ejakulasi.
Padahal menurut Wahyudi (2000), perilaku seksual secara rinci dapat berupa:
         Berfantasi: merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.
         Pegangan Tangan : Aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas yang lain.
         Cium Kering : Berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir.
Cium Basah : Berupa sentuhan bibir ke bibir.
         Meraba : Merupakan kegiatan bagian-bagian sensitif rangsang seksual, seperti leher, breast, paha, alat kelamin dan lain-lain.
         Berpelukan : Aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai rangsangan seksual (terutama bila mengenai daerah aerogen/sensitif)
         Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki) : perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual.
         Oral Seks : merupakan aktivitas seksual dengan cara memaukan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenis.
         Petting : merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan alat kelamin).
         Intercourse : merupakan aktivitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.
Tahapan Respons Seksual
Respons terhadap rangsangan seksual banyak mengacu pada urutan perubahan fisik dan emosi yang terjadi pada orang yang dirangsang secara seksual dan ia turut hanyut/larut dalam aktivitas perangsangan tersebut.
Dengan mengetahui respons tubuh anda terhadap rangsangan seksual anda dapat mengetahui lebih baik untuk mengatasi kelainan yang mungkin timbul.
Siklus respons rangsangan seksual memiliki empat fase: Perangsangan, Dataran tinggi (plateau), Orgasme dan Resolusi. Pria dan wanita sama-sama akan mengalami ke-empat fase tersebut, walaupun mungkin waktunya biasanya akan berbeda. Contohnya adalah ketidaksamaan waktu orgasme pria dan wanita. Intensitas respon atau tanggapan rangsangan juga akan memakan waktu yang berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya. Dengan mengetahui perbedaan dan kebiasaan ini, maka akan dapat membantu pasangan pasutri untuk memahami satu sama lain.
 Fase 1: Perangsangan
Secara umum karakteristiknya adalah tahap ini bisa berlangsung dari hanya beberapa menit sampai bahkan beberapa jam, termasuk di dalamnya:
  • Meningkatnya tekanan otot-otot
  • Denyut jantung yang semakin cepat dan nafas yang memburu
  • Kulit yang menjadi memerah (terkadang timbul semburat merah di sekitar dada dan punggung)
  • Puting yang mengeras
  • Aliran darah menuju organ genital yang meningkat, yang berakibat klitoris dan labia minora (bibir vagina dalam) pada wanita menjadi basah serta penis pria menegang.
  • Organ intim (vagina) wanita secara umum menjadi basah.
  • Payudara menjadi tegang dan seakan-akan penuh serta organ intim wanita merekah.
  • Testis pria akan mengembang dan scrotum akan penuh cairan yang siap dikeluarkan.
Fase 2: Dataran tinggi (plateau)
Karakteristiknya adalah kelanjutan dan titik sebelum terjadinya orgasme yang ditandai dengan:
  • Organ intim wanita yang semakin mengembang karena meningkatnya aliran darah serta perubahan kulit sekitar organ intim menjadi ke-ungu-an dan menjadi lebih gelap.
  • Klitoris yang menjadi semakin sensitif (bahkan terkadang nyeri bila disentuh) dan terkadang kembali masuk tertutup klitoris untuk menghindari perangsangan oleh penis.
  • Napas, denyut jantung dan tekanan darah yang terus meningkat
  • Otot mengejang di kaki, muka dan tangan
  • Tekanan otot meningkat
Fase 3: Orgasme
Orgasme adalah puncak dari siklus rangsangan seksual. Fase ini adalah fase terpendek dan umumnya hanya berlangsung selama beberapa detik saja. Tanda-tandanya antara lain:
  • Kontraksi otot yang tak beraturan dan tidak terkontrol
  • Teakan darah, denyut jantung dan nafas berada dalam kondisi puncak dengan kebutuhan oksigen yang masimal.
  • Otot sekitar kaki yang mengejang penuh.
  • Pelepasan yang tiba-tiba dari tekanan seksual
  • Pada wanita organ intim akan berkontraksi, rahim akan terus berkontraksi.
  • Pada pria, kontraksi ritmis otot pada pangkal penis akan mengakibatkan ejakulasi dan pengeluaran semen.
  • Gerakan tubuh tak beraturan akan berlanjut dan keringat akan cenderung keluar dari pori-pori tubuh.
Fase 4: Resolusi
Selama fase ini, tubuh akan kembali pada kondisi normal. Bagian-bagian tubuh yang mengembang dan pmeregang lambat laun akan kembali normal pada ukuran dan warna semula. Tahap ini juga ditandai dengan perasaan puas oleh pasutri, keintiman dan bahkan kelelahan.
Beberapa wanita mampu melanjutkan fase orgasme tersebut dengan sedikit rangsangan dan inilah yang disebut sebagai multiple orgasm. Sebaliknya pri memerlukan waktu setelah orgasme yang disebut dengan periode refraksi, dimana pada waktu ini pria tidak akan mampu orgasme lagi. Periode refraksi ini berlangsung berbeda-beda pada pria, biasanya semakin tua umur maka periode refraksi ini akan berlangsung makin lama.

2.3.2 konsep kebutuhan memiliki dan dimiliki
Kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan, mendapat tempat dalam keluarga, kelompok sosial, Kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan rasa memiliki tempat di tengah kelomoknya.
Sebagai contoh :
  • Dimana seseorang yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama membuat suatu kelompok/berkumpul karena mereka ingin diperhatikan dalam tujuannya dan dapat memberikan perhatian atas klompok tersebut.
  • Kebutuhan cinta seorang anak oleh ibunya, itu sanggat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak misal seorang anak tercukupi kebutuhan akan kasih sayang maka perkembangan anak akan optimal berupa fisik maupun psikologinya karena perhatian yang di berikan ibu kepada anaknya.
2.3.3. Konsep Kebutuhan Harga Diri
Harga Diri adalah penilaian terhadap hasil yang di capai dengan analisis, sejauh mana memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan harga diri menjadi rendah. Harga diri di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidak tergantungan dan kebebasan.
Kebutuhan harga diri meliputi:
  • Menghargai diri sendiri
  • Menghargai orang lain
  • Dihargai orang lain
  • Kebebasan yang mandiri
  • Preshies
  • Di kenal dan di akui
  • Penghargaan
 2.3.4. Konsep Kebutuhan Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. tingkatan tertinggi dari perkembangan psikologis yang bisa dicapai bila semua kebutuhan dasar sudah dipenuhi dan pengaktualisasian seluruh potensi dirinya mulai dilakukan.
    Pada saat manusia sudah memenuhi seluruh kebutuhan pada semua tingkatan yang lebih rendah , melalui aktualisasi diri di katakan bahwa mereka mencapai potensi yang paling maksimal.
Manusia yang teraktualisasi dirinya:
  • Mempunyai kepribadian multi dimensi yang matang.
  • Sering mampu mengasumsi dan menyelesaikan tugas yang banyak.
  • Mencapai pemenuhan kepuasan dari pekerjaan yang di kerjakan dengan baik.
  • Tidak tergantung secara penuh pada opini orang lain.
  
BAB III
PENUTUP


Tidak ada komentar:

Posting Komentar