BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan
fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan
kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam
teori Hirarki. Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan
aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997). Dalam mengaplikasikan kebutuhan
dasar manusia (KDM) yang dapat digunakan untuk memahami hubungan antara
kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Beberapa kebutuhan
manusia tertentu lebih mendasar daripada kebutuhan lainnya. Oleh karana itu
beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya. Kebutuhan dasar
manusia seperti makan ,air, keamanan dan cinta merupakan hal yang penting bagi
manusia. Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia tersebut dapat digunakan
untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia dalam mengaplikasikan
ilmu keperawatan di dunia kesehatan. walaupun setiap orang mempunyai sifat
tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai kebutuhan dasar manusia
yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan
dan posisi pada rentang sehat-sakit.
Hirarki
kebutuhan dasar manusia menurut maslow adalah sebuah teori yang dapat
digunakan perawat untuk memahami hunbungan antara kebutuhan dasar manusia
pada saat memberikan perawatan. Menurut teori ini, beberapa kebutuhan
manusia tertentu lebih dari pada kebutuhan lainnya; oleh karena itu, beberapa
kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lain. Misalnya, orang yang
lapar akan lebih mencari makanan daripada melakukan aktivitas untuk meningkatkan
harga diri.
1.2. Rumusan
Masalah
1
Apakah
pengertian KDM ?
2
Apakah
faktor yang mempengaruhi KDM ?
3
Apa saja konsep-konsep
dalam KDM
I.3 Tujuan
1 Mengetahui
pengertian KDM.
2 Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi KDM.
3 Mengetahui
konsep-konsep dalam KDM.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian KDM
Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti
makanan, air, keamanan dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan
hidup dan kesehatan. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow adalah sebuah
teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan
dasar manusia pada saat memberikan perawatan.
Menurut teori Maslow seseorang yang seluruh
kebutuhannya terpenuhi merupakan orang yang sehat, dan sesorang dengan
satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko
untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia.
2.2 Faktor
yang mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan
dasar manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
2.2.1. Penyakit.
Adanya penyakit dalam tubuh dapat
menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun
psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan
lebih besar dari biasanya.
2.2.2 Hubungan Keluarga. Hubungan
keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya
saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak adarasa curiga, dan
lain-lain.
2.2.3. Konsep Diri. Konsep
diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang
positif memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri
yang sehat menghasilkan perasaan positif tentang diri. Orang yang merasa
positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan
mengembangkan cara hidup yang sehat., sehingga mudah memenuhi kebutuhan
dasarnya.
2.2.4.Tahap Perkembangan. Sejalan
dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan. Setiap tahap
perkembangan tersebut memiliki kebutuhan dasar yang berbeda, baik kebutuhan
psikologis, biologis, sosial, maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi organ
tubuh juga mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda.
2.3
konsep-konsep Kebutuhan Dasar Manusia
2.3.1
konsep kebutuhan seksualitas
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang
ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan
diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan (Murray dalam Bherm, 1996)
Kebutuhan Seks (Sex Needs), yaitu
kebutuhan pelampiasan dorongan
seksual, bagi mereka yang sudah matang fungsi biologisnya. Kebutuhan akan seks bagi manusia sudah ada sejak
lahir. Seks tergolong dalam kebutuhan primer – yang sama dengan kebutuhan:
makan, minum, mandi, berpakaian, tidur, bangun, bekerja, buang air besar, atau
buang air kecil. Aktiviats-aktivitas rutin ini dilakukan setiap manusia
sepanjang hidup. Orang bisa berpuasa tetapi dalam batas waktu tertentu. Dan
itulah yang disebut dengan kebutuhan seks.
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan
dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang
saling menghargai memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi hubungan
timbal balik antara kedua individu tersebut ( Alimut , 2006)
Tinjauan
Seksual pada beberapa aspek
a.Aspek biologis
Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomi dan fisiologi dari sitem reproduksi (seksual), kemampuan organ seks dan adanya hormonal dari sistem syaraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan seksual.
Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomi dan fisiologi dari sitem reproduksi (seksual), kemampuan organ seks dan adanya hormonal dari sistem syaraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan seksual.
b.Aspek Psikologis
Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
c.Aspek Sosial Budaya
Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta perlakuanya di masyarakat.
Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
c.Aspek Sosial Budaya
Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta perlakuanya di masyarakat.
Factor – factor yang mempengaruhi kebutuhan
seksualitas
1. Pertimbangan Perkembangan
- Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek
psikososial, emosional dan biologik kehidupan yang selanjutnya akan
mempengaruhi seksualitas individu
- Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan
sejak fase konsepsi
2. Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan
- Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan
persyaratan utama untuk dapat mencapai kepuasan seksual
- Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan
individu untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang
tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk penyakit
- Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan
pandangan hidup yang positif mengkontribusi pada kehidupan seksual yang
membahagiakan
3. Peran dan Hubungan
- Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan
hidupnya sangat mempengaruhi kualitas hubungan seksualnya
- Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang
memfasilitasi rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan hubungan
seksualnya dengan seseorang yang dicintai dan dipercayainya
- Pengalaman dalam berhubungan seksual seringkali
ditentukan oleg dengan siapa individu tersebut berhubungan seksual
4. Konsep Diri
- Pandangan individu terhadap dirinya sendiri
mempunyai dampak langsung terhadap seksualitas
5. Budaya, Nilai dan Keyakinan
- Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat
tentang seksualitas dapat mempengaruhi individu
- Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu
tentang identitas dan perilaku seksual
- Budaya turut menentukan lama hubungan seksual,
cara stimulasi seksual dan hal lain terkait dengan kegiatan seksual
6. Agama
- Pandangan agama tertenmtu yang diajarkan,
ternyata berpengaruh terhadap ekspresi seksualitas seseorang
- Berbagai bentuk ekspresi seksual yang diluar
kebiasaan, dianggap tidak wajar
- Konsep tentang keperawanan dapat diartikan sebagai
kesucian dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu
7. Etik
- Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lilis
& Le Mone (1997) tergantung pada terbebasnya individu dari rasa
berssalah dan ansietas
- Apa yang diyakini salah oleh seseorang, bisa saja
wajar bagi orang lain
D. Perkembangan seksualitas
Tahapan perkembangan ini disebut tahapan
psikoseksual karena memperesentasikan suatu kebutuhan(dan pemuasan) seksual
yang menonjol pada stiap tahapan perkembangan. Hambatan yang terjadi pada proses
pemenuhan kebutuhan seksual pada setiap tahapan - disebut fiksasi berpotensi
menyebabkan gangguan perilaku pada waktu
dewasa.
Tahapan-tahapan
perkembangan psikoseksual:
1) Tahap oral(0-1 tahun)
Kontak
pertama yag dilakuka oleh bayi setelah kelahirannya adalah melalui mulut(oral).
Kepuasan seksual(kesenangan) pada saat ini diperoleh melalui mulut, yakni
melalui berbagai aktivitas mulut seperti makan, minum, dan menghisap atau
menggigit. Fiksasi pada tahap ini menyebabkan orang mengembangkan kepribadian oral, yakni menjadi orang
yang tergantung dan lebih senang untuk bertindak pasif dan menerima bantuan
dari orang lain.
Tugas
perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, baik kepada diri
sendiri, dan orang lain. Cinta adalah perlindungan terbaik terhadap ketakutan
dan ketidakamanan. Anak-anak yang dicintai tidak akan banyak menemui kesulitan
dalam menerima dirinya, sebaliknya anak-anak yang merasa tidak diinginkan,
tidak diterima, dan tidak dicintai cenderung mengalami kesulitan dalam menerima
dirinya sendiri, dan belajar untuk tidak mempercayai orang lain, serta
memandang dunia sebagai tempat yang mengancam. Efek penolakan pada fase oral
akan membentuk anak menjadi pribadi yang penakut, tidak aman, haus akan
perhatian, iri, agresif, benci, dan kesepian.
2) Tahap anal(1-3 tahun)
Interaksi
melalui fungsi pembuangan isi perut(anal) dan memperoleh kesenangan melalui
aktivitas-aktivitas pembuangan. Pada fase anal anak banyak berhadapan dengan
tuntutan-tuntutan orangtua, terutama yang berhubungan dengan toilet training,
dimana anak memperoleh pengalaman pertama dalam hal kedisiplinan. Fiksasi pada
tahapan ini menyebabkan anak mengembangkan kepribadian anal, yakni menjadi
orang yang sangat menekankan kepatuhan, konformitas, keteraturan, menjadi
kikir, dan suka melawan atau memberontak. Tugas perkembangan pada fase ini
adalah anak harus belajar mandiri, dan belajar mengakui dan menangani
perasaan-perasaan negatif. Banyak sikap terhadap fungsi tubuh sendiri yang
dipelajari anak dari orangtuanya. Selama fase anal anak akan mengalami
perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasrat merusak, marah, dan sebagainya,
namun mereka harus belajar bahwa perasaan-perasaan tersebut bisa diterima. Hal penting
lain yang harus dipelajari anak adalah bahwa mereka memiliki kekuatan,
kemandirian, dan otonomi.
3) Tahap palis(3-5 tahun)
Pada fase
ini anak laki-laki dan perempuan senang menyentuh (mengeksploitasi) organ
kelaminnya untuk memperoleh kesenangan sambil melakukan fantasi-fantasi
seksual. Anak laki-laki mengembangkan fantasi seksual dengan ibunya disebut oedipus complex dan anak perempuan
mengembangkan fantasi seksual dengan ayahnya disebut electra complex. Jika konflik oedipal
ini tak terpecahkan, anak laki-laki aka berkembang menjadi homoseksual atau
heteroseksual sedangka anak perempuan akan menjadi wanita genit penggoda pria
atau lesbian.. Fase Phalic juga merupakan periode perkembangan hati nurani,
dimana anak belajar mengenai standar-standar moral. Selama fase ini anak perlu
belajar menerima perasaan seksualnya sebagai hal yang alamiah dan belajar
memandang tubuhnya sendiri secara sehat. Mereka membutuhkan contoh yang memadai
bagi identifikasi peran seksual, untuk mengetahui apa yang benar dan salah,
serta apa yang maskulin dan feminin, sehingga mereka memperoleh perspektif yang
benar tentang peran mereka sebagai anak laki-laki atau anak perempuan.
4) Tahap laten(6-12 tahun)
Pada
tahap ini anak laki-laki dan anak perempuan menekankan semua isu-isu oedipal
dan kehilangan minat seksualnya. Sebaliknya, mereka mulai melibatkan dirinya ke
dalam kelompok bermain yang terdiri atas anak-anak lain dari jenis kelamin yang
sama, baik kelompok yang kelompok yang bersifat full male atau full female.
Namun berkurangnya perhatian pada masalah seksual itu bersifat laten dan masih
akan terus memberikan pengaruh pada tahap perkembangan kepribadian berikutnya.
5) Tahap genital(12 tahun keatas)
Fase
genital dimulai pada usia 12 tahun, yaitu pada masa remaja awal dan berlanjut
terus sepanjang hidup. Pada fase ini energi seksual anak mulai terarah kepada
lawan jenis bukan lagi pada kepuasan diri melalui masturbasi, dan anak mulai
mengenal cinta kepada lawan jenis.
Ketika memasuki masa pubertas anak-anak mulai
tertarik satu sama lain dengan lawan jenisnya dan menjadi manusia yang lebih
matang. Mereka saling mengembangkan afeksi (hubungan) dan minat-minat seksual,
cinta, dan bentuk-bentuk keterikatan yang lain.
D. Perilaku
seksual
Seks
merupakan suatu kebutuhan yang juga menuntut adanya pemenuhan yang dalam hal
penyalurannya manusia mengekspresikan dorongan seksual ke dalam bentuk perilaku
seksual yang sangat bervariasi.
Perilaku
seksual menurut Sarwono (2010:174) adalah segala tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk
tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga
tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek seksualnya bisa berupa
orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Nevid, dkk., 1995 (dalam
Amalia, 2007:28) mendefinisikan perilaku seks sebagai semua jenis aktifitas
fisik yang menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis atau
perasaan afeksi. Sedangkan perilaku seks pra nikah sendiri adalah aktifitas
seksual dengan pasangan sebelum menikah pada usia remaja (Cavendish, 2009:663)
Beberapa tahapan-tahapan dari perilaku seksual yang biasanya dilakukan, dimana
tahapan selanjutnya adalah lebih berat sifatnya dan semakin mengarah pada
perilaku seksual. Tahapan-tahapan tersebut adalah (London; 1978 dalam
Amalia,2007:29):
1.
Awakening and eksploration
Rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara
berfantasi, menonton film, dan membaca buku-buku porno.
2.
Autosexuality:Masturbation
Perilaku merangsang diri sendiri dengan
melakukan masturbasi untuk mendapatkan kepuasan seksual.
3.
Heterosexuality:kissing and necking
Saling
merangsang dengan pasangannya, tetapi tidak mengarah ke daerah sensitif
pasangannya, hanya sebatas cium bibir dan leher pasangannya.
4. Heterosexuality
a.
Light petting : perilaku saling menempelkan anggota tubuh dan masih
dalam keadaan memakai pakaian.
b.
Heavy petting : perilaku saling menggesek-gesekkan alat kelamin dan
dalam keadaan tidak memakai pakaian untuk mencapai kepuasan. Tahap ini adalah
awal terjadinya hubungan seks.
5. Heterosexuality : Copulaation
Perilaku
melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual masing-masing.
Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku seksual, menurut Purnawan (2004) yang dikutip dari
berbagai sumber antara lain:
a.Faktor Internal
1.Tingkat perkembangan seksual (fisik/psikologis)
Perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun.
a.Faktor Internal
1.Tingkat perkembangan seksual (fisik/psikologis)
Perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun.
2. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi
Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya
3.Motivasi
Perilaku manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk memperoleh tujuan tertentu. Hersey & Blanchard cit Rusmiati (2001) perilaku seksual seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau untuk memperoleh uang(padagigolo/WTS)
b.FaktorEksternal
1.Keluarga
Menurut Wahyudi (2000) kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dapat memperkuat munculnya perilaku yang menyimpang
2.Pergaulan
Menurut Hurlock perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya, terutama pada masa pubertas/remaja dimana pengaruh teman sebaya lebih besar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lain.
3.Media massa
Penelitian yang dilakukan Mc Carthi et al (1975), menunjukan bahwa frekuensi menonton film kekerasan yang disertai adegan-adegan merangsang berkolerasi positif dengan indikator agresi seperti konflik dengan orang tua, berkelahi , dan perilaku lain sebagi manifestasi dari dorongan seksual yang dirasakannya.
Menurut Wahyudi (2000) perilaku
seksual merupakan perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau
kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku.
Perilaku seksual yang sehat dan dianggap normal adalah cara heteroseksual,
vaginal, dan dilakukan suka sama suka. Sedangkan yang tidak normal (menyimpang)
antara lain Sodomi, homoseksual. Selama ini perilaku seksual sering
disederhanakan sebagai hubungan seksual berupa penetrasi dan ejakulasi.
Padahal menurut Wahyudi (2000),
perilaku seksual secara rinci dapat berupa:
Berfantasi: merupakan perilaku
membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk
menimbulkan perasaan erotisme.
Pegangan Tangan : Aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan
seksual yang kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas yang
lain.
Cium Kering : Berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir.
Cium Basah : Berupa sentuhan bibir ke bibir.
Cium Basah : Berupa sentuhan bibir ke bibir.
Meraba : Merupakan kegiatan
bagian-bagian sensitif rangsang seksual, seperti leher, breast, paha, alat
kelamin dan lain-lain.
Berpelukan : Aktivitas ini
menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai rangsangan seksual (terutama
bila mengenai daerah aerogen/sensitif)
Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki) : perilaku merangsang organ
kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Oral Seks : merupakan aktivitas seksual dengan cara memaukan alat kelamin
ke dalam mulut lawan jenis.
Petting : merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan
alat kelamin).
Intercourse : merupakan aktivitas
seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.
Tahapan
Respons Seksual
Respons
terhadap rangsangan seksual banyak mengacu pada urutan perubahan fisik dan
emosi yang terjadi pada orang yang dirangsang secara seksual dan ia turut
hanyut/larut dalam aktivitas perangsangan tersebut.
Dengan
mengetahui respons tubuh anda terhadap rangsangan seksual anda dapat mengetahui
lebih baik untuk mengatasi kelainan yang mungkin timbul.
Siklus
respons rangsangan seksual memiliki empat fase: Perangsangan, Dataran tinggi (plateau),
Orgasme dan Resolusi. Pria dan wanita sama-sama akan mengalami ke-empat fase
tersebut, walaupun mungkin waktunya biasanya akan berbeda. Contohnya adalah
ketidaksamaan waktu orgasme pria dan wanita. Intensitas respon atau tanggapan
rangsangan juga akan memakan waktu yang berbeda-beda antara satu orang dengan
lainnya. Dengan mengetahui perbedaan dan kebiasaan ini, maka akan dapat
membantu pasangan pasutri untuk memahami satu sama lain.
Fase 1: Perangsangan
Secara umum
karakteristiknya adalah tahap ini bisa berlangsung dari hanya beberapa menit
sampai bahkan beberapa jam, termasuk di dalamnya:
- Meningkatnya tekanan otot-otot
- Denyut jantung yang semakin cepat dan nafas yang
memburu
- Kulit yang menjadi memerah (terkadang timbul
semburat merah di sekitar dada dan punggung)
- Puting yang mengeras
- Aliran darah menuju organ genital yang meningkat,
yang berakibat klitoris dan labia minora (bibir vagina dalam) pada
wanita menjadi basah serta penis pria menegang.
- Organ intim (vagina) wanita secara umum menjadi
basah.
- Payudara menjadi tegang dan seakan-akan penuh
serta organ intim wanita merekah.
- Testis pria akan mengembang dan scrotum akan
penuh cairan yang siap dikeluarkan.
Fase 2: Dataran tinggi (plateau)
Karakteristiknya
adalah kelanjutan dan titik sebelum terjadinya orgasme yang ditandai dengan:
- Organ intim wanita yang semakin mengembang karena
meningkatnya aliran darah serta perubahan kulit sekitar organ intim
menjadi ke-ungu-an dan menjadi lebih gelap.
- Klitoris yang menjadi semakin sensitif (bahkan
terkadang nyeri bila disentuh) dan terkadang kembali masuk tertutup
klitoris untuk menghindari perangsangan oleh penis.
- Napas, denyut jantung dan tekanan darah yang
terus meningkat
- Otot mengejang di kaki, muka dan tangan
- Tekanan otot meningkat
Fase 3: Orgasme
Orgasme
adalah puncak dari siklus rangsangan seksual. Fase ini adalah fase terpendek
dan umumnya hanya berlangsung selama beberapa detik saja. Tanda-tandanya antara
lain:
- Kontraksi otot yang tak beraturan dan tidak
terkontrol
- Teakan darah, denyut jantung dan nafas berada
dalam kondisi puncak dengan kebutuhan oksigen yang masimal.
- Otot sekitar kaki yang mengejang penuh.
- Pelepasan yang tiba-tiba dari tekanan seksual
- Pada wanita organ intim akan berkontraksi, rahim
akan terus berkontraksi.
- Pada pria, kontraksi ritmis otot pada pangkal penis
akan mengakibatkan ejakulasi dan pengeluaran semen.
- Gerakan tubuh tak beraturan akan berlanjut dan
keringat akan cenderung keluar dari pori-pori tubuh.
Fase 4: Resolusi
Selama fase
ini, tubuh akan kembali pada kondisi normal. Bagian-bagian tubuh yang
mengembang dan pmeregang lambat laun akan kembali normal pada ukuran dan warna
semula. Tahap ini juga ditandai dengan perasaan puas oleh pasutri, keintiman
dan bahkan kelelahan.
Beberapa
wanita mampu melanjutkan fase orgasme tersebut dengan sedikit rangsangan dan
inilah yang disebut sebagai multiple orgasm. Sebaliknya pri memerlukan
waktu setelah orgasme yang disebut dengan periode refraksi, dimana pada waktu
ini pria tidak akan mampu orgasme lagi. Periode refraksi ini berlangsung
berbeda-beda pada pria, biasanya semakin tua umur maka periode refraksi ini
akan berlangsung makin lama.
2.3.2
konsep kebutuhan memiliki dan dimiliki
Kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara lain
memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan, mendapat tempat
dalam keluarga, kelompok sosial, Kebutuhan akan rasa
memiliki-dimiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan rasa memiliki tempat di
tengah kelomoknya.
Sebagai contoh :
- Dimana seseorang yang mempunyai tujuan dan
kepentingan yang sama membuat suatu kelompok/berkumpul karena mereka ingin
diperhatikan dalam tujuannya dan dapat memberikan perhatian atas
klompok tersebut.
- Kebutuhan cinta seorang anak oleh ibunya, itu
sanggat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak misal seorang anak
tercukupi kebutuhan akan kasih sayang maka perkembangan anak akan optimal
berupa fisik maupun psikologinya karena perhatian yang di berikan ibu
kepada anaknya.
2.3.3. Konsep Kebutuhan Harga Diri
Harga Diri adalah penilaian terhadap
hasil yang di capai dengan analisis, sejauh mana memenuhi ideal diri. Jika
individu selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika
mengalami kegagalan harga diri menjadi rendah. Harga diri di peroleh dari diri
sendiri dan orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan
kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidak
tergantungan dan kebebasan.
Kebutuhan harga diri meliputi:
- Menghargai
diri sendiri
- Menghargai orang lain
- Dihargai orang lain
- Kebebasan yang mandiri
- Preshies
- Di kenal dan di akui
- Penghargaan
2.3.4. Konsep Kebutuhan Aktualisasi
Diri
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan
yang terbaik dari yang dia bisa. tingkatan tertinggi dari perkembangan psikologis
yang bisa dicapai bila semua kebutuhan dasar sudah dipenuhi dan
pengaktualisasian seluruh potensi dirinya mulai dilakukan.
Pada saat manusia sudah memenuhi seluruh kebutuhan pada semua
tingkatan yang lebih rendah , melalui aktualisasi diri di katakan bahwa mereka
mencapai potensi yang paling maksimal.
Manusia yang teraktualisasi dirinya:
- Mempunyai
kepribadian multi dimensi yang matang.
- Sering
mampu mengasumsi dan menyelesaikan tugas yang banyak.
- Mencapai
pemenuhan kepuasan dari pekerjaan yang di kerjakan dengan baik.
- Tidak
tergantung secara penuh pada opini orang lain.
BAB III
PENUTUP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar